Jumat, 23 Januari 2009

Apa yang kalian takutkan?

Suatu ketika dalam perang Mu’tah. Rasulullah saw menyiapkan 3.000 pasukan untuk memerangi negeri Syam yang menjadi pintu gerbang penyebaran Islam ke luar Jazirah Arab. Saat pasukan tiba di Mu’an, mereka baru nyadar kalo musuh telah menyiapkan 200.000 orang prajurit. Nah lho?

Kabar yang nggak menggembirakan itu bikin nyali pasukan Muslim ciut. Sebagian besar prajurit ketar-ketir membayangkan jumlah pasukan musuh yang jumlahnya jauh lebih banyak. 3.000 lawan 200.000, siapa yang nggak ngeper. Ngeliat keraguan temen-temennya untuk nerusin perang, Abdullah bin Rawahah berkata dengan lantang:

“Hai orang-orang, demi Allah, sesungguhnya yang kalian benci justru yang kalian cari, yaitu mati syahadah!…. Kita tidak memerangi manusia karena jumlahnya, kekuatannya, dan banyaknya pasukan. Kita tidak memerangi mereka, kecuali karena agama ini yang mana Allah telah memuliakan kita dengannya. Berangkatlah kalian! Sesungguhnya di sana itu adalah salah satu di antara dua kebaikan: menang atau mati syahdah!”

Seketika itu juga, semangat juang dan keimanan pasukan Muslim langsung terdongkrak. Sehingga perjalanan dilanjutkan hingga tiba di Mu’tah, tempat terjadinya peperangan yang dahsyat. Pasukan musuh dibuat ternganga ngeliat pasukan Muslim yang berperang mencari mati. Meski kalah jumlah, pasukan Muslim berhasil ‘ngibulin’ pasukan Musuh sebelum kembali menghadap Rasullah saw.

Pren, kisah perang Mu’tah di atas layak jadi renungan buat kita. Allah swt telah memuliakan kita sebagai seorang muslim. Allah swt nggak bosen ngasih kita kenikmatan dunia. Sehingga kita bisa menikmati hidup dengan maksimal. Jadi amat wajar dan pantas ketika Allah swt meminta kita untuk berdakwah atau berjihad, kita sambut dengan sukacita. Nggak takut mati. Nggak takut miskin atau kehabisan harta. Nggak takut kehilangan teman atau keluarga. Nggak takut berpisah dengan kehidupan yang menyenangkan. Karena setiap pengorbanan diri dan harta yang kita lakukan untuk Islam, akan dibayar tiket surga oleh Allah swt. Dan Allah swt nggak pernah ingkar janji. Bukankah surga sebagai tempat kembali yang selama ini kita idamkan?

Selasa, 13 Januari 2009

'Huuuuu' untuk Assyaukanie

Bak aksi demo di lapang terbuka, shooting acara Today’s Dialogue Metro TV pun diwarnai sorakan penonton, bahkan teriakan kekesalan. Untung saja tidak ada satu pun penonton di studio yang sampai melempar sepatu kepada salah satu pembicara dalam acara itu, yang berlangsung pada Senin sore (12/01/2009) di Jakarta.

Pasalnya, penonton menuding salah satu pembicara yakni Chairman Jaringan Islam Liberal (JIL) Luthfi Assyaukanie sebagai ‘humas’ Amerika yang mendukung penjajahan Israel di Palestina.

Bahkan salah satu pembicara lainnya, Ketua Badan Hubungan Luar Negeri DPP PKS Luthfi Hassan Ishaaq sampai menepuk-nepuk pundak Assyaukanie sambil berkata “Kakek Anda juga dulu dibilang teroris oleh penjajah Belanda!” menanggapi pernyataan Assyaukanie yang menyebutkan bahwa Hamas adalah teroris bukan institusi negara sehingga Israel tidak mau duduk berunding satu meja.

Assyaukanie mengatakan bahwa sudah seharusnya dunia Islam terutama negara-negara Timur Tengah melakukan perundingan dengan Israel melalui Jordan atau negara Islam lainnya yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Chairman JIL ini pun menyatakan lebih lanjut bahwa selain itu juga harus melakukan lobi yang lebih kuat lagi kepada Amerika sampai melebihi kekuatan lobi Israel. Sehingga Amerika bisa menekan Israel untuk menghentikan serangannya ke Palestina.

Teriakan “huuuuuu” penonton kembali ditujukan pada Assyaukanie. “Berapa lama menunggunya, sampai orang Islam di Palestina habis semua?” sanggah Hassan dan disambut takbir oleh penonton. Mengingat sampai acara ini berlangsung warga yang menjadi korban meninggal sudah tembus angka 900 dan luka-luka di atas 3500 orang yang sebagian besarnya adalah wanita dan anak-anak. Resolusi Gencatan Senjata PBB yang dikeluarkan Kamis (8/01/2009) pun menambah ratusan koleksi resolusi yang selalu dilanggar Israel terkait agresinya selama ini.

Berbeda dengan Assyaukanie, Jubir HTI Ismail Yusanto menyatakan justru Israel adalah anjing herdernya Amerika yang sengaja diikat di Timur Tengah untuk menakut-nakuti para penguasa negeri Islam itu, sehingga mereka mau tetap tergantung pada Amerika. Penonton kembali bertakbir.

Dalam program yang bertema"Perlukah Memberikan Bantun Kemanusiaan kepada Palestina" tersebut Yusanto menyatakan ada dua masalah dalam hal ini yakni korban dan pembantai. Untuk korban solusinya tentu saja diberikan obat-obatan, makanan dan bantuan kemanusiaan lainnya. Sedangkan untuk pembantai hanya satu solusinya yakni lawan dengan senjata. Karena hanya itu lah bahasa yang dapat dimengerti Israel. Sehingga sudah seharusnya para penguasa negeri kaum Muslim menyadari hal ini, bersatu dan mengerahkan pasukannya melawan Israel dengan Jihad.

“Tidak mungkin pernah bersatu!” sanggah Assyaukanie. Mendengar sanggahan itu penonton pun nampak geram dan kembali berteriak “huuuuuu…”. Namun walaupun diselimuti rasa kesal salah satu penonton sempat berkelekar kepada Media Umat, “Untung saya tidak pakai sepatu, kalau pakai, saya lempar tuh ke kepalanya!” ujar Pramu salah satu penonton di studio sambil menunjukkan sandal yang dipakainya (www.mediaumat.com)

Mengapa Yahudi Mengincar Bocah-Bocah Palestina?

Terjawab sudah mengapa agresi militer Israel yang biadab dari 27 Desember 2008 kemarin memfokuskan diri pada pembantaian anak-anak Palestina di Jalur Gaza. Seperti yang diketahui, setelah lewat dua minggu, jumlah korban tewas akibat holocaust itu sudah mencapai lebih dari 900 orang lebih. Hampir setengah darinya adalah anak-anak. Selain karena memang tabiat Yahudi yang tidak punya nurani, target anak-anak bukanlah kebetulan belaka.

Sebulan lalu, sesuai Ramadhan 1429 Hijriah, Khaled Misyal, pemimpin Hamas, melantik sekitar 3500 anak-anak Palestina yang sudah hafidz Alquran. Anak-anak yang sudah hafal 30 juz Alquran ini menjadi sumber ketakutan Zionis Yahudi. "Jika dalam usia semuda itu mereka sudah menguasai Alquran, bayangkan 20 tahun lagi mereka akan jadi seperti apa?" demikian pemikiran yang berkembang di pikiran orang-orang Yahudi.

Tidak heran jika-anak Palestina menjadi para penghafal Alquran. Kondisi Gaza yang diblokade dari segala arah oleh Israel menjadikan mereka terus intens berinteraksi dengan Alquran. Tak ada main video-game atau mainan-mainan bagi mereka. Namun kondisi itu memacu mereka untuk menjadi para penghafal yang masih begitu belia. Kini, karena ketakutan sang penjajah, sekitar 500 bocah penghafal Quran itu telah syahid
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Agresi Israel Di Gaza Bukti Ketakutan Zionis Terhadap Anak-Anak Palestina

Jangan anggap mereka seperti korban tsunami atau gempa bumi, yang patut dikasihani dengan obat merah, pakaian pantas pakai dan sembako. Hanya dalam tempo 5 hari pertama bombardemen, sudah hampir 500 warga Gaza, Palestina, tewas dibantai Israel. Ratusan di antaranya adalah anak-anak. Lebih 2000 warga lainnya luka-luka, banyak diantaranya bocah-bocah. Dan setiap 20 menit Israel terus mengebomi Gaza, sambil mengerahkan artelerinya ke perbatasan Gaza untuk menggempur lewat darat.

Sama sekali Israel tanpa ‘permisi’’ ketika menggempur Gaza sejak 27 Desember lalu, agar penduduk memiliki sedikit waktu untuk mengungsikan anak-anak mereka. Tidak. Serbuan Israel seketika dan tanpa pandang bulu. Bahkan rumah sakit khusus anak-anak pun dia hancurkan. Memang, anak-anak Palestina bukan anak-anak Indonesia. Ketika bocah Indonesia asyik main perang-perangan di playstation, anak Palestina perang beneran bersenjatakan ketapel melawan serdadu Israel. Saat anak Indonesia latah menyanyikan lagu Peterpan atau Dewi Persik, bocah Palestina meneriakkan mars jihad.

Ya, buat Israel, anak Palestina laksana Musa kecil buat Fir’aun. Anak-anak Palestina adalah bibit-bibit mujahid yang kelak bakal mengguncang kuasa Israel. Meski hanya dengan batu, meski hanya dengan ketapel. Karena itu, Israel selalu menjadikan anak-anak Palestina target operasi. Dunia belum lupa, pada 16 September 1982 malam PM Israel Ariel Sharon mengirim skuad pembunuh milisi Phalangist ke dua kamp pengungsi Palestina, Sabra dan Shatila. Kemudian, Sharon mengirim buldozer untuk ‘’membersihkan’’ hasil kekejamannya itu.

Sekurang-kurangnya 1500 pria, wanita, dan anak-anak Palestina dibantai di malam jahanam itu. Sebuah investigasi resmi pemerintah Lebanon menyebutkan angka korban mencapai 2.500 jiwa. Meski sudah dibuldozer, masih banyak korban tak terkuburkan. Para pekerja Palang Merah Internasional menemukan ratusan anak dan lansia dengan leher terpotong atau terburai isi perutnya.

Harian Israel, Ha’aretz, menyebutkan, Sharon juga yang memimpin pembunuhan massal di Desa Kibya pada 1953. “Tentara Mayor Ariel Sharon membunuh 70 warga Palestina dalam serangan balasan dendam, sebagian besar korban adalah anak-anak dan wanita’’ (Ha'aretz: As Long as He Doesn't Hurt Us Again, Feb. 16, 2001). Mantan PM Israel lainnya, Manachem Begin, dalam bukunya ‘’The Revolt: The Story Of The Irgun’’ membanggakan perannya dalam pembunuhan massal atas 254 rakyat Palestina di Deir Yassin.

Lagi-lagi, mayoritas korban adalah lansia, wanita, dan anak-anak. Anak-anak Palestina itu boleh menjerit-jerit kesakitan. Ibu-ibu mereka boleh menangis pilu. Bapak-bapak mereka boleh sedih. Tapi, jangan anggap mereka seperti korban tsunami atau gempa bumi, yang patut dikasihani dengan memberinya obat merah, pakaian pantas pakai, dan sembako. Bukan. Mereka memang tampak sedih dan sakit. Tapi pada saat yang sama mereka gembira dan bangga, karena terluka atau gugur di medan jihad. Surga, insya Allah, menanti mereka. (berbagai sumber)

Hamas: We will win war in Gaza

Israel's war on Gaza has left more than 700 Palestinians dead - nearly a third of them women and children - and more than 3,000 injured.

But at the organisation's headquarters in Damascus, 100km from the territory, Musa Abu Marzouq, the deputy head of Hamas' political bureau, told Al Jazeera why he believes his organisation is on the verge of victory against Israel.

Al Jazeera: Under what conditions will Hamas agree a ceasefire with Israel?

Abu Marzouq: We have three conditions for any peace initiative coming from any state.

First, the aggression of the Israelis should stop. All of the gates should be opened, including the gate of Rafah between the Gaza Strip and Egypt. Finally, Israel has to withdraw from the Gaza Strip.

We are not saying we will stop firing rockets from the Gaza Strip to Israel - we are only talking about stopping the aggression from the Israelis against the civilian population in the Gaza Strip.

When others talk about a ceasefire, they are saying all military operations should stop.

But we are sending a message [by firing rockets]: "We will not surrender. We have to fight the Israelis and we will win this battle."

We know we are going to lose a lot of people from our side, but we are going to win, inshallah.

Members of Hamas have said that Israel is using collective punishment by targeting civilians who support Hamas. But is Hamas' targeting of Israeli civilians also not a type of collective punishment?

We are defending ourselves.

When you talk about any occupation, people should resist the soldiers and the army who occupy their country.

We don't have weapons sophisticated enough to launch at exact targets.

We are sending a message: "You can't provide security to your side until you bring security to the Palestinian side."

We are looking for freedom and for security for the Palestinian people. This is our message to Israel.

They need to understand that we are working for an independent state.

How do you think Israel's war on Gaza will affect Hamas' position?

The Israeli push against Hamas has increased our popularity sharply among the Palestinian people and throughout the Muslim world.

After the Israelis killed Hamas leaders like Ahmed Yassin and Ismail Abu Shanab, Hamas won the elections with 76 seats out of a 132-seat parliament.

Using these means doesn't decrease the popularity of Hamas, it increases it.

What exactly would you consider to be "victory" for Hamas?

A victory for Hamas would mean the Israelis did not accomplish their objectives.

If they can't stop rockets from coming into Israel, that means they failed.

But the real reason for Israel's aggression is to change the Hamas government in the Gaza Strip - they have been thinking about this since Hamas won the elections - it is not because of the rockets.

They failed to lead the people in an uprising against Hamas in the Gaza Strip with their economic embargo.

They tried to push Fatah to stand and fight Hamas, but we defeated them in the Gaza Strip, so the Israelis have taken action themselves.

Why, at the beginning of this conflict, did Hamas decide not to renew the six-month ceasefire?

We agreed to this ceasefire under Egyptian mediation with certain conditions.

IN DEPTH

Latest news and analysis from Gaza and Israel

Track the war and submit your own reports

Send us your views and eyewitness videos

Watch our coverage of the war on Gaza

All military operations were to be stopped by June 19.

All of the six gates between Israel and Gaza were to remain open.

In the first 10 days of the truce, 30 per cent of the goods coming from Israel to the Gaza Strip were to be allowed in and, after that 10-day period, all supplies were to be allowed to enter.

Also, there was to be a meeting between the Europeans, Egyptians, the Palestinian Authority and Hamas to discuss how to open the Rafah gate.

Finally, the ceasefire was supposed to be extended to the West Bank.

During those six months, the Israelis kept the border crossings closed most of the time.

Only 15 per cent of goods were allowed to enter the Gaza Strip from Israel.

They killed more than 40 people in the last month of the ceasefire, eight of which were in the last week.

On many occasions, the Egyptians told us that the Israelis were not respecting the agreement.

Their refusal to allow supplies to enter was a type of slow killing of the Palestinians.

The Palestinians eventually asked: "What is the use of this ceasefire for us?"

For that reason, we didn't renew that agreement.

Khalid Meshaal, the leader of Hamas, in December called for a "military intifada against the Zionist enemy" and as a "peaceful intifada internally".

What did he mean by an internal peaceful intifada?

I think he meant that there needs to be internal change among the Palestinians.

Right now the Palestinian Authority in the West Bank controls everything. This is not acceptable.

We need to peacefully change these conditions.

How are relations between Hamas and Fatah now?

Now the priority for Hamas, Fatah or any Palestinian organisation is to stand against the Israeli aggression.

After we finish with this battle, I guess we can talk about reconciliation or reuniting with Fatah.

We openly welcome any kind of negotiation or dialogue between Fatah and Hamas to end the separation of the Palestinians.

When French president Nicolas Sarkozy met with Syrian president Bahsar al-Assad, many said he tried to encourage Damascus to put pressure on Hamas to stop firing rockets.

Have you faced any kind of pressure from Syria?

We haven't seen any pressure from Syria.

They respect our independence. They respect our choices. They respect the policies we chose for our people.

Has Hamas had any contact with the administration of Barack Obama, the US president-elect?

No, we haven't had any direct contact.

Do you have any expectations regarding the approach of Hillary Clinton, the US nominee-designate for the post of US secretary of state?

We cannot evaluate something that lies in the future.

We know that in the US senate, Hillary Clinton's vote was always with Israel, but maybe there will be some differences when she becomes secretary of state.
(source http://english.aljazeera.net)

Senin, 12 Januari 2009

Medical teams recover 12 bodies from under the rubble

Medical teams on Sunday retrieved the bodies of 12 Palestinians who were executed by the Israeli occupation forces during an incursion southwest of Gaza city on Saturday while four others of one family were killed in an IOF shelling of their home north of the city.

Dr. Muawiya Hasanein, the director of ambulance and emergency in the health ministry, said that the teams only managed to get there after withdrawal of the IOF soldiers, noting that the teams also carried a number of other Palestinian citizens who were wounded and bleeding.

He noted that the ambulance teams were working amidst serious conditions as IOF special units were still near the scene and were targeting ambulance cars.

The IOF troops, after failing to advance into Gaza city from that axis due to the ferocious resistance, committed massacres in lines of the civilians and burnt their homes, local sources reported.

Hasanein underlined that four citizens of the Bashir family a man, his daughter, wife and her mother were killed when the IOF fired a missile at a house in the northwest of Gaza city.

Other medical sources said that ambulance squads also on Sunday recovered the body of 52-year-old Jalal Nashwan, who worked with the Palestine satellite channel, after the IOF burst into his home in Beit Hanun, north of the Gaza Strip, and killed him in cold blood.

The sources pointed out that his body was riddled with bullets.

In Bani Suhaila, east of Khan Younis to the south of the Strip, a 16-year-old boy was killed and three of his brothers were wounded after their home came under aerial shelling.

In another Khan Younis district village, Al-Qarara, IOF artillery fire killed a young man and wounded 7 others one of them in a state of clinical death.

Hasanein said that 25 martyrs had fallen on Sunday bringing the total number of victims in the ongoing IOF invasion of Gaza to 885 and the wounded to more than 4,000.

Palestinian sources underscored that the IOF troops have failed in storming Gaza city from a number of axes on the night of Saturday and early Sunday.

They said that the clashes were violent, noting that IOF gunboats, warplanes and tanks took part in the battle.

Resistance fighters fired mortar shells and RPGs at the invading troops in addition to blasting explosive devices in their armored vehicles, locals said, noting that the IOF soldiers used Palestinian citizens as human shields in a bid to achieve progress in their advance and when they also failed they started burning civilian homes.

The armed wing of Hamas, the Qassam Brigade, at noon Sunday fired another Grad missile on an Israeli air base that is 50 kilometers to the north of the Strip for the second time in 24 hours, it said in a communiqué (www.palestine-info.co.uk)

Minggu, 11 Januari 2009

Galeri Photo Palestine







Mujahidin Brigade Al-Quds Pukul Mundur Satuan Khusus Zionis

Khan Yunis (Arrahmah.com) - Mujahidin dari Brigade Al-Quds, sayap militer Harakah Jihad Islami di Palestina berhasil memukul mundur satuan khusus Zionis dalam sebuah serangan yang dimulai dengan serangan sniper. Mujahidin mendapatkan rampasan perang berupa beberapa senjata dan peralatan militer setelah musuh mundur.

Brigade Al-Quds menjelaskan dalam pernyataannya, pada jam 3:15 sore hari Jum'at, "Satuan Sniper" dari Brigade Al-Quds berhasil menembak tentara Zionis yang melindungi satuan khusus Zionis di sebuah rumah di wilayah timur Khan Yunis, bagian selatan Jalur Gaza.

Mujahidin Brigade Al-Quds menegaskan tentara Zionis yang ditembak langsung jatuh di tempat dengan berlumuran darah. Setelah itu, langsung terjadi kontak senjata hebat antara Mujahidin dan satuan khusus Zionis tersebut yang berlindung di sebuah rumah, sebelum akhirnya mereka mundur dari tempat tersebut.

Dari tempat tersebut Mujahidin mendapatkan beberapa senjata dan peralatan militer berupa senjata anti-tank jenis Lao, alat komunikasi wireless, obat-obatan, dan pakaian-pakaian tentara yang berlumuran darah.

Brigade Al-Quds menyatakan, informasi ini datang agak terlambat karena masalah keamanan, Mujahidin bagian informasi telah merekam gambar dari kejadian tersebut untuk disebarkan.

Brigade Al-Quds juga menegaskan bahwa berbagai jenis operasi-operasi Jihad ini adalah sebagai pesan kepada musuh Zionis penakut, bahwa mujahid-mujahid pemberani kami akan selalu mengintai kalian di setiap tempat dan menyerang kalian, serangan demi serangan sebagai balasan atas pembantaian kalian di Jalur Gaza.

Ketahuilah oleh kalian, bahwa kami di Brigade Al-Quds telah mempersiapkan banyak lagi kejutan-kejutan untuk kalian, yang akan membuat kalian menderita dan menyesal atas kejahatan kalian di Jalur Gaza, dengan izin Allah Ta'ala.

"Dan kami tegaskan seperti yang lalu, bahwa kami akan tetap memilih jalan Jihad dan perlawanan."

PBB: Israel Kumpulkan 110 Warga Palestina lalu Dibom

GAZA (arrahmah.com) - Sebuah laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengungkap, pekan lalu pasukan Israel menembaki sebuah rumah yang didiami 110 warga Palestina. Sebelumnya Israel sengaja memindahkan orang-orang itu.

"Berdasarkan beberapa saksi, pada 4 Januari beberapa prajurit Israel mengevakuasi hampir 110 orang ke sebuah rumah di daerah Zeitun. Setengah dari mereka merupakan anak-anak. Israel meminta mereka untuk tetap berada dalam rumah," demikian bunyi laporan PBB yang dikutip AFP, Jumat (9/1).

"24 jam kemudian, Israel membom rumah itu berulang kali dan menewaskan 30 orang," lanjut laporan itu.

Badan PBB untuk koordinasi urusan kemanusiaan OCHA menyebutkan, kejadian ini merupakan pembantaian paling besar selama Israel memulai agresi 27 Desember lalu.

Mereka yang selamat harus berjalan sejauh 2 km ke jalan Salahudin sebelum mereka diangkut ke rumah sakit dengan mobil sipil. PBB juga melaporkan ada tiga bayi yang baru berusia 5 bulan, meninggal saat tiba di rumah sakit.

Juru bicara militer Israel Avital Leibovich mengatakan dalam pemeriksaan awal, pihaknya tidak mengetahui ada kejadian itu. "Kami sudah mulai penyelidikan tapi masih belum mengetahuinya," katanya.

Sejauh ini korban kebiadaban Israel sudah mencapai 783 orang tewas dan hampir 3.200 orang terluka

Sabtu, 10 Januari 2009

MERC: Menggalang Donasi untuk Peduli Palestia Ketik MERC PEDULI Kirim ke 7505

Donasi 7505. Lembaga MERC menggalang donasi via SMS 7505 untuk Peduli Palestina. Program donasi dimulai akhir Desember 2008 lalu. Sosialisasi dilakukan melalui pesan SMS berantai, dan hasilnya luar biasa, dalam 2 hari terakhir telah berhasil mengumpulkan trafik sms sekitar 30 ribu lebih.

Masyarakat merespon program donasi ini secara antusias, dikarenakan ikatan emosional dengan masyarakat Palestia yang beberapa hari mengalami musibah gempuran dari Israil. Banyak warga biasa Palestina meninggal dunia, anak, ibu, perempuan, pemuda, dan orang tua.

Semoga PBB dan negara-negara didunia segera beraksi untuk menghentikan serangan Israel yang membabi buta ini. Begitu juga dukungan dari masyarakat Indonesia yang telah membantu meringankan penderitaan saudara kita di Palestina melalui donasi via SMS ini.

Untuk mengirim donasi Peduli Palestia melalui lembaga MERC, ketik MERC PEDULI kirim ke 7505. Tarif donasi maksimal Rp 6600 per SMS.

As-Sahab Media : Pembantaian Gaza dan Pegepungan Para Penghianat

(Arrahmah.com) – As-Sahab Media kembali merilis video terbaru yang menampilkan statemen dari Dr. Aiman al-Zawahiri. Al-Zawahiri membicarakan banyak hal, salah satunya tentang serangan biadab Israel ke Gaza.

Ini adalah sebagian kalimat yang ia katakan :

“Kita tidak akan pernah berhenti sampai kita berhasil membalas dendam dari semua nyawa yang gugur, terluka, janda, dan yatim piatu di Palestina dan seluruh dunia Islam.”

“Apa yang sedang kalian hadapi kini adalah salah satu dari penyerangan terhadap negeri muslim, dan akan menjadi bagian dari suatu rangkaian para pengikut perang salib dalam memerangi Islam.”

“Serangan-serangan udara adalah hadiah dari Obama sebelum ia menduduki jabatan, juga dari Husni Mubarok, mitra utama dalam pembunuhan dan pengepungan Gaza.”

Untuk para penduduk Palestina ia mengatakan :

“Tetaplah kuat dan istiqomah berada di jalan Jihad. Seluruh ummat Islam akan bersatu dengan kalian.”

“Saat ini kami sedang bekerja, melakukan operasi seperti yang diperintahkan Syaikh Usamah bin Ladin (semoga Allah selalu melindunginya) dan berjanji bahwa Amerika tidak akan pernah tidur lelap dalam mimpinya sebelum Palestina berada dalam kedamaian, dan sampai semua angkatan murtad meninggalkan tanah Rasulullah SAW.”

Zawahiri meminta kepada penduduk Mesir untuk :

"Mengorganisir dan mengambil bagian dalam suatu kampanye dari penyerangan, demonstrasi, dan melakukan protes-protes tanpa henti sampai blokade terhadap saudara-saudara seiman kita di Gaza terangkat.”

“Wahai muslim yang berada di mana saja, hantamlah keinginan para pengikut perang salib dan zionisme di mana saja dan dengan jalan apa saja yang kalian bisa lakukan.”

Workshop Mikrotik

Workshop Mikrotik

Lokasi:Gedung Aula UIKA lantai III
Tanggal:18 Januari 2009
waktu:09.00 WIB sampai selesai
Tempat Pendaftaran:Lab TI (Fak Tehnik UIKA)
Biaya:SMU Rp 50.0000,Mahasiswa Rp 75.000,Umum Rp 100.000