Sabtu, 28 Juni 2008

Alisher Seorang Jurnalis Kyrgyz Menjadi Korban Kekejaman Karimov


Syabab.Com - Ayah dari seorang jurnalis mengecam keras Presiden Uzbekistan Karimov atas keterlibatanya dalam pembunuhan terhadap putranya itu Alisher Saipov. Sang ayah, Avas Saipov menyatakan dengan tegas dalam sebuah wawancara bahwa Karimov telah memerintah dan membiayai pembunuhan terhadap anaknya, dengan bantuan kantor intelejen Kyrgistan.
Avas mengatakan Karimov harus bertanggungjawab penuh atas penembakkan pada 24 Oktober 2007 lalu, yang terjadi di kota Osh, di selatan Kyrgyzstan.

Dia menduga bahwa sang pembunuh telah menerima bantuan dari Kementrian Dalam Negeri Kyrgyzstan dan Komite Keamanan Nasional Negara (GKNB). Ia menyebutkan bahwa Diktator Presiden Uzbekistan itu telah membayar orang-orang di Kyrgyzstan untuk membunuh Alisher.

"Semua yang saya tahu, Islam Karimov bertanggungjawab atas kematian Alisher; itu terjadi atas perintah Islam Karimov," kata Avas Saipov.

"Orang--orang di Kyrgyzstan dibayar oleh Islam Karimov - petugas Kementrian Dalam Negeri dan GKNB sebagai pegawai pemerintah - diberikan bantuan," katanya lagi.

Vokal dan Kritis

Alisher Saipov adalah seorang kepala editor mingguan politik yang berbahasa Uzbek "Siyosat" dan tewas ditembak dari jarak dekat setelah meninggalkan kantornya pada bulan Oktober 2007 lalu.

Beberapa pihak mengatakan bahwa tentara keamanan Uzbek telah diperintah membunuh warga keturunan Uzbek yang berumur 26 tahun tersebut.

Saivop, seorang warga Kyrgyzstan juga sering memberikan kontribusi pada VoA dan RFE/RL. Ia telah menulis kerusakan-kerusakan di bawah kekuasaan Uzbekistan dan juga mengkritik kerjasama pemerintah Uzbekistan dan Kyrgyzstan, menulis para pegawai intelejen Uzbek beroperasi secara bebas di selatan Kyrgyzstan.

Saipov juga melindungi bukti-bukti kekerasan yang menyerang kaum Muslim pada tragedi di Ferghana Valley, di mana dibohongi di Kyrgyzstan dan Uzbekistan juga Tajikistan. Dia kerap kali melakukan wawancara dengan pada anggota kelompok Islam yang giat mengkritisi kediktatoran penguasa Uzbek seperti gerakan Hizbut Tahrir dan Islamic Movenment of Uzbekistan (IMU).

Saipov telah memberikan laporannya tentang tragedi berdarah pada Mei 2005 di kota Andijan, sebelah timur Uzbek. Tragedi berdarah tersebut menewaskan ratusan pemrotes sipil termasuk wanita dan anak yang tak bersenjata. Dirinya bahkan pernah berkunjung ke tempat pengungsian di Kyrgyzstan dan mewawancara para pengungsi korban Andijan setelah pasukan pamerintah melakukan tembakan brutal terhadap para peserta pengunjuk rasa yang dilakukan secara damai. Diberitakan ribuan orang tewas dan menjadi syuhada.

Sebelum dibunuh, Saipov mengatakan kepada rekan-rekannya bahwa dirinya telah menerima ancaman pembunuhan.

Dia juga seorang yang menjadi target media pemerintah Uzbek yang mengkampanyekan sejumlah laporan tentang Saipov dan menyebutnya sebagai "musuh bangsa Uzbek" dan menuduh dirinya telah mebuat situasi Uzbekistan tidak stabil.

Penguasa Tak Suka Kebenaran

Avas Saipov mengatakan bahwa laporan-laporan dari putranya pada isu-osi sensitif menjadi alasan para politis di kedua negara, Kyrgyzstan dan Uzbekistan menginginkan dirinya mati.

"Kementrian Dalam Negeri [Kyrgystan] dan pelayanan khusus telah bekerjasama dengan pelayanan keamanan Uzbekistan terlibat dalam pembunuhan Alisher," katanya.

Bahkan baru-baru ini Avas melayangkan surat terbuka terhadap Presiden Kyrgizstan yang mengungkapkan persengkngkolan pihak keamanan dengan perintah Presiden Uzbekistan yang diktator itu.

"Ini diperintah oleh Presiden Uzbekistan Karimov yang telah membantu struktur keamanan Kyrgyz dan para pegawai lokal. Alisherku telah meninggalkan keluarga, istrinya Nazokat dan putirnya Zulaikho yang berumur hampir dua bulan ketika ayahnya dibunuh. Setahun atau dua tahun lebih, cucuku akan perlu mengetahui di mana ayahnya. Lalu apa yag harus saya katakan kepadanya?" tulis Avas Saipov dalam surat terbukanya kepada Presiden Kygyzstan.

"Mengapa mereka tertarik pada hal ini? Sebab mereka tidak suka pada kebenaran," imbuhnya lagi.

Bahkan dalam penutup suratnya Avas menyatakan, "Alisher telah dibunuh untuk kebenaran."

Apa yang dikatakan Avas senada dengan ungkapan Taji Mustafa, perwakilan media Hizbut Tahrir Inggris yang mengatakan alasan Uzbekistan menginginkan Hizbut Tahrir dilarang karena mereka menginginkan Hizbut Tahrir diam yang selama ini mengungkapkan kolonialis barat yang selalu mendukung para diktator di negeri tersebut [baca: [Dua Muslimah Pengemban Dakwah di Uzbekistan Ditahan 5 Tahun Penjara].

Di negeri Imam Bukhori tersebut ribuan para pengikut yang dilahirkan di bumi Palestina tersebut dibunuh dan dijebloskan ke penjara. Padahal gerakan yang mengingkan syariah tegak melalui satu metode: Khilafah ini tak pernah menggunakan kekeasan dalam perjuangannya. Baru-baru ini dua muslimah pengemban dakwah gerakan tersebut dipenjara 5 tahun. Gerakan ini menarik perhatian penduduk Muslim Uzbekistan terutama keterkaitannya dengan sejarah umat Islam di negeri tersebut yang melahirkan para ulama seperti Imam Bukhori. [z/rfe/rl/htb/ferghana/syabab.com]


Tidak ada komentar: