Pemerintah Amerika Serikat (AS) dan Pemerintah Indonesia menganggap perjuangan menegakkan syari’at Islam menjadi ancaman yang paling berbahaya di kawasan Asia Pasifik.
Demikian antara lain isi pembicaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Komandan Pasukan Amerika Serikat di Pasifik Laksamana Timothy J Keating di Kantor Presiden, Jakarta.
“Ancamannya adalah sama terhadap Indonesia dan AS, yaitu ancaman ekstremisme. Masalah ini kami diskusikan,” kata Keating dalam jumpa pers di Jakarta usai pertemuan itu.
Menurut dia, dalam pertemuan itu pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat sepakat bekerja sama dalam pertukaran data intelejen dan militer serta penegakan hukum “jahiliyah” yang diharapkan bisa mempersulit apa yang mereka sebut “golongan ekstremis” melakukan kekerasan dan pergerakan di Indonesia dan kawasan.
Keating juga mengatakan “dan kami memuji Presiden dalam usahanya menumpas ekstremis-ekstremis itu,”
Keating mengatakan, pihaknya berkomitmen untuk terus melanjutkan program pertukaran militer, termasuk personel militer dan teknologi pertahanan.
“Saya mengucapkan selamat juga atas meningkatnya keamanan di Selat Malaka. Saya sampaikan kepada Presiden respek militer AS terhadap militer Indonesia dan berharap hubungan baik dapat terus berlangsung,” katanya. Guna nelancarkan hubungan tersebut pihak Amerika akan menurunkan agen-agen yang telah terlatih untuk diturunkan di wilayah mayoritas muslim. Saat ini telah terlatih sekurang-kurangnya 300 orang yang berasal dari daerah-daerah diantaranya dari Pulau Jawa, Sumatera dan wilayah Indonesia timur di Amerika, Prancis dan Belanda, yang nantinya akan diterjunkan langsung kewilayah-wilayah rawan konflik dan terorisme di Indonesia(sumber
http://suaramimbar.wordpress.com/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar