Selasa, 29 Juli 2008

UTANG DAN ILUSI UANG

[memahami rapuhnya kapitalisme]

Agar ekonomi barat tetap bisa berjalan, dibutuhkan adanya kegiatan konsumsi yang berkelanjutan. Hal tersebut bisa dicapai dengan memunculkan sensasi kepuasan bagi nilai intelektual dalam kehidupan. Perusahaan-perusahaan bisa memenuhi tuntutan ini dengan memproduksi barang-barang kebutuhan dengan memperkerjakan buruh. Para pekerja semacam mereka selama satu pekan berperan sebagai buruh yang ikut memproduksi suatu barang kebutuhan, sementara pada akir pecan, week end, mereka berperan sebagai konsumen barang-barang tersebut. Untuk menjamin keberlangsungan siklus hidup semacam ini dibuatlah berbagai macam sarana, dan yang paling penting diantaranya adalah utang.

Pada tahun 1950-an di Inggris belum ada kartu kredit. Amerika-lah yang pertama kali memperkenalkan kartu kredit pada dunia pada era 50-an dengan menuai sukses gemilang. Kartu tersebut memungkinkan manusia untuk membeli sejumlah besar barang dengan skala yang tidak pernah terbayangkan oleh kebanyakan orang sebelumnya. Pada awalnya cukup sulit untuk meyakinkan masyarakat agar mau menerima kartu kredit. Sejumlah produk diujicobakan untuk mendobrak resistensi masyarakat, termasuk pada awalnya me-launching suatu produk kartu kredit yang diberi nama "kartu belanja", shopping card. Kartu tersebut terutama ditujukan kepada para wanita untuk menunjukkan bahwa mereka bisa berbelanja di mana saja dan kapan saja mereka mau. Hal ini juga menimbulkan dampak meruntuhkan pengaruh para suami sebagai pengatur arus uang dalam rumah tangga. Bank mengambil kebijakan untuk memperpanjang periode pengembalian, sebab jika masyarakat tidak melunasi utangnya dengan cepat maka akan lebih menguntungkan bagi pihak bank, maka bank justru membuka kesempatan bagi masyarakat untuk membayar utangnya dalam bentuk cicilan, dengan begitu bunga yang didapat akan bertambah. Memasuki era 60-an, dimana Ingris cenderung lebih makmur, menikmati makanan-makanan baru, dan penemuan-penemuan baru, maka kartu kredit makin mendapat sambutan baik oleh jutaan masyarakat, respon itu lebih baik dari pada dekade sebelumnya dimana kartu kredit masih dipandang miring.

Utang telah menempati peran penting dalam mekanisme ekonomi kapitalis. Utang mengambil peran mulai dari berupa bantuan modal awal guna memulai suatu usaha sampai rencana ekspansi yang dilakukan oleh perusahaan multinasional, demikian juga bagi para spekulan yang bermaksud bermain di bursa saham. Pasalnya, baik individu mau pun perusahaan tidak akan memiliki cukup uang untuk melakukan rencana perluasan usaha yang memakan biaya besar, sehingga mereka lebih memilih untuk mencari pinjaman uang dari bank ketimbang menunggu akumulasi keuntungan. Dalam 300 tahun terakhir sektor perbankan telah berkembang sampai memainkan peran kunci dalam kehidupan ekonomi barat, mereka mengumpulkan dana dari masyarakat kemudian menggunakannya untuk mengeluarkan pinjaman.

Adalah para tukang emas yang pertama kali mengembangkan fractional reserve banking saat mereka menyadari bahwa emas yang dititipkan kepada mereka tidak akan ditarik oleh pemiliknya pada saat yang bersamaan, maka mereka mulai memberi pinjaman uang dengan jumlah yang lebih besar dari uang yang mereka miliki. Hal ini bisa dilakukan dengan menerbitkan bills (semacam surat utang) yang dijamin dengan emas pada masa tagihan. Asalkan pinjaman tidak diminta pada saat yang bersamaan, selama para deposan percaya bahwa uang mereka selalu siap untuk diambil kapan saja, dan sepanjang setiap deposan tidak menarik seluruh deposit mereka pada satu waktu, maka sistem yang ilutif ini akan mengasilkan keuntungan besar bagi para tukang emas itu, yang tidak lain merupakan “nenek moyang” dari para banker masa kini.

Masalah yang ditimbulkan dari sistem ini bisa dilihat pada problem dilematis yang dihadapi oleh Inggris pada saat ini. Karena uang yang ada pada dasarnya tidak benar-benar eksis secara efektif, maka bank-bank pun “menciptakan” uang, dan hasilnya Inggris saat ini menghadapi masalah ekonomi makro yang sangat krusial, yang mana saat ini utang personal mencapai £ 1,4 trilyun (lebih besar dari nilai ekonomi riil), secara realistik bisakah utang ini dibayar, mengingat jumlah uang yang berputar dalam dunia ekonomi hanya sebesar £ 52 milyar. Bagaimana mungkin utang Inggris akan terbayar sementara utang yang tercatat justru lebih besar dari nilai uang yang sesungguhnya beredar dalam dunia ekonomi? Ini menunjukkan bahwa utang yang dikucurkan oleh industri perbankan itu sebenarnya tidak sepenuhnya ada secara nyata. Utang tersebut hanya mencerminkan besarnya tingkat kepercayaan pada masa depan ekonomi, sebab uang yang sebenarnya tidaklah ada, industri perbankan hanya memiliki asumsi sederhana bahwa uang yang nyata baru akan muncul jika ada orang yang datang untuk membayar utang. Ini berarti bahwa meski pun pada satu dekade terakhir ekonomi telah tumbuh dengan luar biasa pesat, namun sebagian besar dibangun melalui utang, maka dari itu utanglah yang sebenarnya telah mengendalikan pertumbuhan ekonomi yang sedemikian besar itu. Utang semacam itu terus terpelihara guna menumbuhkan pembiayaan pada berbagai level strata ekonomi yang berbeda dan sekarang dia telah mencapai angka yang nampaknya tidak mungkin untuk dapat dikembalikan.

Praktek semacam ini sangatlah rentan dan inilah yang menjadi jantung dari krisis yang sekarang sedang melanda. Hedge fund (lembaga pengelola dana) dan bank-bank investasi menjadikan pinjaman yang mereka buat sebagai aset; kemudian mereka memutar ulang utang itu dalam kecepatan tinggi untuk menciptakan apa yang disebut dengan turbo-dept. Hal yang dikerjakan oleh perusahaan dan institusi finansial ini adalah meminjam uang untuk investasi, investasi tersebut akan meliputi utang yang berbasis pada berbagai macam produk, kemudian utang ini akan digunakan sebagai dasar untuk meminjam uang lebih banyak lagi, maka dari itu, utang sebesar satu poundsterling bisa digunakan sebagai ekuitas untuk mengelola kredit sebesar lebih dari £ 100. Itu artinya, pihak peminjam justru berbalik menjadi pihak yang meminjami dengan jalan meminjamkan utang kepada pihak lain secara sangat efektif. Mereka merilis kekuatan finansial yang begitu besar melalui reaksi berantai dari ekuitas awal yang sangat kecil, yang tidak pernah ada pada kali pertamanya.

Maka dari itu, apa yang disebut dengan fractional reserve bank pada dasarnya telah menciptakan uang ilutif, inilah yang sesungguhnya telah mendorong adanya ledakan pertumbuhan pada sektor sub-prime di Amerika dan kemudian berdampak pada dunia ekonomi yang lebih luas. Dan oleh karena faktor tersebut tidak nyata, kepercayaan bisa berubah sewaktu-waktu, inilah yang menyebabkan sering munculnya tanjakan dan turunan tajam dalam pasar finansial. Sepanjang dana pensiun, bond (obligasi), deposito, dan suku bunga didasarkan pada performa pasar, maka hal itu secara konsisten akan selalu menjadi sumber ketidakpastian dan instabilitas. Secara tak bisa dihindarkan, pasar finansial dan banking confidence yang rusak ini memberi dampak negatif pada sektor ekonomi riil. Kunci dari hal ini adalah espektasi, bahwa perusahaan-perusahaan yang ada akan menata pengeluaran, investasi dan strategi perekrutan mereka berdasarkan dugaan mereka mengenai situasi ekonomi yang akan terjadi pada beberapa tahun mendatang. Jika mereka memperkirakan akan terjadinya suatu krisis atau titik balik, maka mereka akan mulai mengurangi staf (Citigroup mengumumkan telah memPHK 9.000 staf pada April 2008). Ketika semakin banyak perusahaan melakukan hal ini, maka kita akan mengalami tingkat pengeluaran yang rendah, tingginya pengangguran, dan akhirnya berujung pada resesi.

Sebagai pihak yang berkepentingan untuk memastikan bahwa sistem berjalan dengan stabil dan sebagai pihak yang berperan sebagai benteng terakhir jika perbankan mengalami run , maka bank sentral telah menyediakan Langkah-langkah penyelamatan untuk berkompromi dengan realita semacam itu. Itulah mengapa pada april 2008 Bank of England melakukan bail out (menalangi kerdit macet bank) senilai £ 50 milyar bagi pihak perbankan, sementara pemerintah menyatakan bahwa hal itu merupakan langkah terbaik di antara pilihan-pilihan buruk yang ada. Apa yang mereka lakukan pada faktanya justru mendukung adanya pengucuran pinjaman yang asal-asalan dan predatory tactic yang dilakukan oleh pihak perbankan, sepanjang mereka tahu bahwa kerugian mereka akan segera di-bail out oleh Bank Sentral jika investasi menghadapi resiko besar. Sikap yang berbahaya ini mengemuka karena perbankan tidak menanggung konsekuensi dari tindakan yang mereka lakukan secara penuh, akibatnya mereka lebih bisa bertindak sesuka hati dibandingkan apabila mereka menghadapi resiko dari tindakan mereka secara langsung. Sektor subprime memangsa pihak yang lemah yang tidak memiliki kemampuan untuk membeli rumah, mereka meminjamkan uang dengan bunga yang sangat tinggi, dan ketika sektor ini mulai terasa pahit maka bank-bank sentral harus memompakan milyaran dolar untuk menyelamatkan bank-bank yang mengucurkan utang secara ugal-ugalan. Padahal hal ini (bail out) bertentangan secara diametral dengan prinsip-prinsip pasar bebas (yang mereka gemborkan -pent).

Segala macam percobaan yang dilakukan untuk menjinakkan krisis ekonomi telah ditakdirkan untuk gagal, selama bank masih menggunakan sejumlah kecil hard cash (uang riil) untuk mengucurkan pinjaman dalam jumlah besar. Meraup keuntungan dari bunga bank merupakan jalan tol untuk menciptakan uang sepanjang sistem mata uang yang digunakan masih berupa fiat money . Pasalnya, fiat money tidak memiliki nilai intrinsik. Sekarang ini Amerika memiliki $ 1,3 trilyun berupa uang kertas dan koin, sementara mereka memiliki piutang di seluruh dunia sebesar $ 11 trilyun. Dengan uang model sekarang yang tidak dikaitkan sama sekali dengan emas maupun intrinsic item apa pun, maka tidak akan ada kekuatan yang bisa menghentikan kegiatan pencetakan uang yang berlangsung secara terus-menerus itu, sementara bagi kapitalisme, hal tersebut justru penting guna memompa gelembung kapitalisme (buble capitalist).
[ttx]

* Diterjemahkan secara bebas dari buku "Global Credit Crunch and The Crisis of Capitalism"

Tidak ada komentar: